[ilustrasi] |
WAKTU BERKELIARANNYA JIN
Dalam sebuah hadits shahih
riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallambersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu
matahari terbenam yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu,
Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah
anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam
rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila
permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah,
tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut
nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan
menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab
adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di
ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil
menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil
menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan
matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang
malam tiba:
1. menyuruh masuk dan diam
anak-anak,
2. menutup pintu, karena dengan
demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa
masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
3. mengikat tempat air,
4. menutup bejana dan
wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana
yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang
tidur.
5. matikan lampu sebelum tidur
karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang
seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan
penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu
tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar
lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits
berikut:
"Ibnu Abbas berkata:
"Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian
dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang
duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar
persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Kemudian
bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan
seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang
ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu
Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:
"Dari Jabir, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian melepaskan
binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam
legammnya sore hari betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika
matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu
malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada
waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada
waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap
bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping
memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam
salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah
setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).
MAKANAN DAN MINUMAN JIN
Jin sebagaimana manusia memiliki
kebutuhan makan dan minum adapun makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran
hewan/binatang) dengan tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:
"Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin)
adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian
dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang
ternak kalian". Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian
melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat)
beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan
menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan
kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan
jin)" (HR. Muslim).
"Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian
makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka
minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan
kirinya" (HR. Muslim).
"Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan
ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya):
"Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila
ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan
makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan
bisa makan malam" (HR. Muslim).
PERNIKAHAN DAN KETURUNAN JIN
Sebagaimana halnya manusia, jin
pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat
dan hadits berikut;
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka
kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah
Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin
selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi
18: 50).
Dalam ayat ini Allah berfirman:
".Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,".
Kata turunan-turunannya dalam
ayat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan.
Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin
adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. Dalil lain yang
mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:
"Tidak pernah
"disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang
menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman 55:56).
Kata thamts yang terdapat pada
kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalahjima'.
Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat
dikatakan:
"Abdullah bin Umar berkata:
"Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian:
sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun
manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR.
Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim).
Dan khusus untuk Iblis setiap
lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits
berikut;
Dari tsabit berkata, Telah sambai
berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia
sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya? Allah
menjawab : Dada-dada mereka tempat tinggal kamu, Iblis berkata: Tambahlah buatku ? Allah menjawab: Tidaklah
lahir seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anak kamu, Iblis
berkata : Tambahlagi ya Tuhanku ? kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda
dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak dan beri janjilah mereka (Al-Isra 17:64)
Hadits di atas di samping
mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga
menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena
setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan
sembilan anak.
[Bersambung ke Bagian 4]
-------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment