Komplek pemakaman Sunan Pandanaran Bayat |
Sunan Pandanaran Bayat atau dikenal
juga dengan beberapa nama yakni Sunan Bayat, Pangeran Mangkubumi, Susuhunan
Tembayat, Sunan Pandanaran (II), atau Wahyu Widayat, adalah tokoh yang disebut
sebut dalam sejarah lisan sebagai salah satu penyebar agama Islam di tanah Jawa meski tidak
masuk dalam jajaran Wali Songo, beliau juga terkait dengan sejarah Kota Semarang.
Makamnya
terletak di puncak gunung Jabalkat yang sebenarnya hanyalah sebuah bukit, di dalam wilayah
Desa Paseban Bayat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Dan layaknya makam seorang wali makam Sunan Pandanaran Bayat tak penah sepi
dari para peziarah yang datang dari berbagai pelosok Nusantara.
Lihat Makam Sunan Pandanaran Bayat di peta yang lebih besar
Lihat Makam Sunan Pandanaran Bayat di peta yang lebih besar
Siapa
sebenarnya Sunan Pandanaran Bayat ?. Setidaknya ada empat versi mengenai asal-usul beliau, namun semua-nya sepakat bahwa Sunan
Pandanaran Bayat adalah Pangeran Mangkubumi putra dari Ki Ageng Pandan Arang,
bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putranya, Pangeran
Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua.
Konon
dimasa awal pemerintahannya Dia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu
patuh dengan ajaran – ajaran Islam seperti halnya mendiang ayahnya. Namun
lama-kelamaan terjadilah perubahan. Tugas-tugas pemerintahan sering dilalaikan,
begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat
ibadah.
Gerbang Makam Sunan Pandanaran Bayat, siap siap mendaki tangga yang tinggiiiiiii |
Sultan Demak
Bintara, yang mengetahui hal ini, lalu mengutus Sunan Kalijaga untuk
menyadarkannya. Dibagian inipun ada berbagai versi tentang bagaimana Sunan
Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, Pangeran
Mangkubumi menyadari
kelalaiannya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan
menyerahkan jabatan Bupati Semarang
kepada adiknya.
Pangeran
Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah karena diperintah sultan Demak
Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi),
didampingi isterinya, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga,
Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, menurut suatu babad. Konon sang
pangeran inilah yang memberi nama tempat-tempat itu).
Masjid Sunan Bayat |
Sampai
kemudian menetap
di Tembayat, yang sekarang bernama Bayat, Klaten, hingga ahir
hayatnya dan dimakamkan disana. Disana beliau menyiarkan Islam kepada para pertapa
dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia mampu meyakinkan mereka untuk
memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat atau
Sunan Bayat.
Tak
dapat difungkiri, hampir semua makam para wali senantiasa dikaitkan dengan aura
mistis dan karomah, yang kemudian berkembang mitos mitos terkait hal hal yang
ada di makam makam tersebut. Seperti di komplek makam Sunan Pandanaran Bayat
inipun berkembang begitu banyak mitos.***