Wednesday, December 3, 2014

MENGENAL JIN, SYAITAN DAN IBLIS [Bagian 3]

[ilustrasi]

WAKTU BERKELIARANNYA JIN

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:

 "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba:

1. menyuruh masuk dan diam anak-anak,
2. menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
3. mengikat tempat air,
4. menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur.
5. matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

"Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).

Dalam hadits lain juga dikatakan:

"Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).

Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).

MAKANAN DAN MINUMAN JIN

Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum adapun makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).

 "Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya" (HR. Muslim).

 "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim).

PERNIKAHAN DAN KETURUNAN JIN

Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut;

 "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi 18: 50).

Dalam ayat ini Allah berfirman: ".Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,".

Kata turunan-turunannya dalam ayat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:

"Tidak pernah "disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman 55:56).

Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalahjima'. Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:

 "Abdullah bin Umar berkata: "Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim).

Dan khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits berikut;

Dari tsabit berkata, Telah sambai berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya? Allah menjawab : Dada-dada mereka tempat tinggal kamu, Iblis berkata:  Tambahlah buatku ? Allah menjawab: Tidaklah lahir seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anak kamu, Iblis berkata : Tambahlagi ya Tuhanku ? kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka (Al-Isra 17:64)

Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak.

[Bersambung ke Bagian 4]

-------

Baca Juga



No comments:

Post a Comment